Minggu, 16 Juni 2013

KADO ULANG TAHUN BUAT VEGA



Pagi ini pekat, dingin dan beku. Tapi suara jam weker itu tetap berhasil membangunkan tuannya. Krii….ing suara jam itu masuk ke telinga Vega. Tertatih- tatih dia menuju ke kamar mandi setelah mematikan suara jam. Hari ini Vega berencana masuk sekolah lagi setelah libur panjangnya.
Kecelakaan yang menimpanya serta ayah dan tantenya dua minggu lalu, membuat Vega koma selama lima hari. Dan yang lebih membuat Vega sedih karena dia kehilangan ayah dan tantenya. Mereka telah berpulang kepada Sang Pencipta. Tapi Vega masih sangat bersyukur karena nyawanya masih bisa kembali ke tubuh mungilnya itu. Berarti dia masih diberi kesempatan untuk menemukan ibu kandungnya.
Vega berharap dengan masuk sekolah bisa membuatnya lupa sejenak peristiwa naas itu. Persiapan Vega untuk berangkat sekolah sudah mantap. Apalagi Rafi selalu meminjamkan catatan kepadanya semenjak sadar dari koma. Terdengar suara bel dari pintu rumahnya, Vega segara membukakan pintu. “Eh Raf”, sapa Vega pada sahabatnya itu. “Berangkat sekarang?” Tanya Rafi. “Ayo!”
Menuju ke sekolah mereka berbincang-bincang sehingga tidak menyadari kalau sudah berada di gerbang sekolah. Tempat ini sudah mulai asing bagi Vega. Maklumlah, Vega memang seorang siswi berprestasi yang aktif dalam berbagai organisasi sekolah. Sehingga dengan tidak masuk beberapa hari saja membuatnya terasa sangat asing. “Halo…!” Sebuah suara terdengar oleh Vega yang sedang melamun. “Ternyata Gita”, kata hati Vega. “Mau ke kelas sama-sama?” Tanya Gita. “Boleh”.
Tiba di lokal, mereka disambut dengan antusias. Suasana yang sebelumnya heboh dengan berbagai topik pembicaraan beralih mencari keterangan dari Vega. Mereka seperti seorang wartawan yang memberikan pertanyaan pada Vega. Tapi semua jadi diam. Bu Henny datang. “Pagi bu”. “Kita lanjutkan penelitian minggu lalu?” tanya beliau. “Baik Bu!” Oya, siswi yang bernama Vega sudah masuk? Vega mengacungkan jarinya seraya berkata “saya Bu”. Baik, kalau begitu saya tunggu kalian di labor.
Postur tubuh tinggi itupun menuju ke labor diiringi siswa siswi kelas IIA. Penelitian merekapun dilanjutkan. Tiba-tiba, “Ada apa Bu?”, tanya Vega pada Bu Henny yang terlihat merasa kesakitan. “Tidak apa”.
Ternyata waktu berjalan dengan cepat. Jam istirahat telah datang. Rencana teman sekelas Vega sepertinya gagal. Karena Vega telah menghilang dari mereka. “Ya..., Vega kemana sih? Kita gagal deh untuk mengajaknya ke kantin.”
Tok-tok-tok. Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan Bu Henny. “Masuk!” Vega pun melangkahkan kaki ke dalam ruangan. “Bu, apa boleh saya jujur?” Tentang apa Vega? “Saya merasa kalau ada hubungan yang sangat dekat antara kita”. “Aduh, maaf saya jadi bicara sembarangan pada ibu padahal kita baru bertemu satu kali”, kata Vega. Begitu mendengar bel masuk, ia pun kembali ke kelas.
Tanpa terasa kegiatan sekolah hari ini pun berakhir. Tubuh mungil Vega kembali menghilang dari seluruh siswa siswi yang berkerumun menuju gerbang sekolah. Tapi dengan cepat Rafi berhasil menemukan Vega. Rafi terus mengikuti Vega yang ternyata pergi ke pusara ayahnya. Rafi mendekati Vega.
“Jangan bersedih terus, relakan ayahmu pergi”, kata Rafi. “Terima kasih atas nasehatnya, ayo kita pulang”, kata Vega. 
Waktu berlalu sangat cepat dan hubungan Vega dengan Bu Henny semakin dekat. Hingga akhirnya Bu Henny menceritakan hal yang selama ini disimpannya. Beliau mengajak Vega ke rumahnya. Rumah sederhana yang cukup udara dan berhalaman luas yang dihiasi bunga beraneka warna. Setelah masuk ke rumah Bu Henny, Vega pun dipersilahkan duduk. Tak lama setelah itu, tampaklah Bu Henny dari sebuah kamar di rumahnya membawa album-album lama mengenai masa lalunya. Foto disaat beliau belum bercerai dari ayah Vega.
Setelah melihat foto-foto itu barulah Vega merasakan kalau ibunya telah dia temukan, meski dia masih ragu dan hatinya masih penuh dengan berbagai pertanyaan.
Akhirnya semua pertanyaan Vega terjawab disaat ulang tahunnya ke-17. Bu Henny bersama teman-teman Vega membuat kejutan yang meriah. Gita yang membantu Vega bersiap-siap meminta agar Vega mengenakan busana terbaik ditambah dengan pernak perniknya.
Vega keluar kamar. Ternyata dia disambut dengan pesta meriah. Ucapan selamat ulang tahun dan sorak gembira mengisi pesta itu. Setelah Vega meniup lilin, Bu Henny mendekati Vega dan mengatakan kalau beliau adalah ibu kandung Vega. “Ini foto pernikahan kami dan ini foto kita saat bermain bersama”, kata Bu Henny. Setelah semua itu, tangis derai air mata harupun mengucur tak hanya dari  mereka berdua, tapi juga dari undangan yang hadir.
Vega sangat bahagia karena ternyata dia memang belum kehilangan semua orang yang dibutuhkannya. Inilah kado terindah yang pernah didapatnya.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar