Anak dari
berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek
ideal yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini,
usia pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan
lajutan dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini
diberikan untuk mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan
sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah
kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Khusus
untuk anak-anak atau siswa pendidikan kelas awal atau pendidikan dasar (SD),
matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses
berfikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana samapi kepada hal-hal yang
rumit.
Tahapan
dimana anak-anak atau siswa Sekolah Dasar sudah bisa mempraktekkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari tentulah ditunjang oleh berbagai cara serta metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak Sekolah Dasar. Hal ini sesuai
dengan tingkat perkembangan anak kelas awal awa SD yang cenderung bermain
sambil belajar.
Kemajuan
yang pesat dalam bidang teknologi dan informatika, telah memudahkan siswa dalam
menggunakan TI tersebut untuk keperluan membantu siswa untuk menyelesaikan
berbagai masalah perhitungan dan cara-cara baru yang diperkenalkan. Dan hampir
setiap tingkat terjadi perubahan yang signifikan yang mengharuskan anak-anak
perlu pengembangan keahlian baru.
Tidak bisa
dipungkiri, siapapun akan bangga jika punya anak pintar matematika atau paling
tidak nilai matematikanya selalu bagus. Sehingga orang tuapun tidak segan-segan
untuk memberikan atau mengikutkan anak-anak mereka les tambahan untuk mata
pelajaran matematika dengan harapan anak-anak mereka mendapatkan nilai yang
bagus.
Pada hal
nilai bagus yang didapatkan oleh anak-anak mereka dalam berhitung saja tidak
cukup kalau tidak bisa menganalisis atau merubah dari soal cerita ke bahasa
matematika dan mengembalikan lagi ke dalam soal cerita atau kalau tidak bisa
menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Problem Solving).
Mengacu
kepada permasalahan di atas, maka tidak jarang anak-anak yang bagus nilainya di
kelas awal akan mengalami kesulitan atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi,
menengah, atas dan kuliah, serta yang lebih mengkhawatirkan pada tingkat
lingkungan masyarakat ataupun kehidupan yang dilaluinya. Dengan kata lain
mereka akan mengalami hambatan di dalam kehidupan sosial.
Matematika
merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya sekedar
bisa berhitung atau masukin rumus saja tetapi mencakup beberapa kompetensi yang
menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar
matematika.
Belajar
matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal
atau mengerti logika, juga imajinasi dan kreativitas. Dan sekiranya
dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara guru dan siswa maka
kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari dan dibuat semenarik
mungkin.
Pada
kenyataannya diperkirakan banyak dari siswa pendidikan sekolah dasar atau kelas
awal SD masih mementingkan ”Mahir dalam perkerjaan penghitungan dan masukin
rumus saja”. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kesalahan siapakah?
Untuk
mengungkap hal ini akan dilakukan pembahasan mengenai pertanyaan-pertanyaan di
atas dan akan diberikan beberapa solusi ataupun saran untuk menghindari
pembelajaran matematika yang kurang mencapai tujuan yang diharapkan.
1. Peranan
dan Kemampuan Guru
Menurut Turney
dalam E. Mulyasa (2007:69) untuk menciptakan pembelajaran yang kratif, dan
menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan diantaranya adalah keterampilan
membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar
yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan
mengajar tersebut harus untuh dan terintegrasi.
Pada segi
lain seorang guru harus mempunyai pendekatan dan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan memilih metode-metode pembelajaran yang efektif serta berusaha
memberikan variasi dalam metode pembelajaran agar tidak kelihatan atau
menyebabkan siswa atau peserta didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka
dituntut sekali inisiatif guru untuk melakukan variasi dan krativitas guru.
Guru
merupakan seorang figur yang menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Guru merupakan nara sumber yang akan
memberikan dan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi
siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman dan penyelesaian mata pelajaran
matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan besar tidak sampai pada tahap yang
diharapkan.Cara Belajar matematika yang Efektif
Pada teori
ataupun pendekatan konstruktivis siswa lebih dominan dalam menentukan atau
menemukan sendiri pemahaman tentang konsep pembelajaran itu sendiri. Hal ini
juga berlaku pada mata pelajaran matematika. Mereka bisa mengerjakan dan
menyelesaikan serta memecahkan sendiri persoalan matematika, baik yang berupa
perhitungan ataupun persoalan yang terjadi sehari-hari. Kegiatan ini tidak akan
ada artinya tanpa peranan dan kemampuan guru untuk mengarahkan dan melakukan
pendekatan-pendekatan konstrukstivis dalam membelajarkan siswa.
Pada
pendekatan kontekstual (CTL: contextual teaching and learning)juga dinyatakan
bahwa CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada keterkaitan
antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata. E.
Mulyasa (2007:102). Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan tersebut sangat
jelas bahwa guru dituntut untuk lebih mengenalkan siswa pada kehidupan nyata
mereka. Jika kita masukkan ke dalam pembelajaran matematika kepas awal SD, maka
segala macam bentuk persoalan yang akan diberikan kepada siswa harus
menggambarkan persoalan yang ditemui sehari-hari atau dengan kata lain yang berdekatan
dengan pengalaman empiris peserta didik di lapangan. Jadi dengan adanya
kegiatan pembelajaran yang mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata peserta
didik akan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik itu sendiri.
2. Peranan
Orang Tua
Dalam
menyingkapi perkembangan dan kreativitas peserta didik dan permasalahan yang
terjadi di lapangan terhadap mata pelajaran matematika, maka orang tua
mempunyai peranan yang tak kalah penting jika dibandingkan dengan guru. Hal
yang dikhawatirkan akan melemahkan peserta didik dalam memahami
persoalan-persoalan matematika maupun pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari juga menjadi tugas dari orang tua.
Orang tua
juga merupakan panutan bagi peserta didik dalam membantu mereka memecahkan
persoalan-persoalan mereka sehari-hari. Jadi sudah seharusnya sebagai orang tua
memantau dan menjajaki perkembangan anak dalam hal penguasaan materi pelajaran
di sekolah terutama pelajaran matematika. Dengan menyediakan waktu bersama anak
dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang sudah dipelajari anak di bangku
sekolah dan memberikan pengertian terhadap matematika baik itu dalam
mengerjakan hitungan dan rumus yang dipakai serta memberikan pemahaman atau
perbandingan dengan kehidupan sehari-hari yang disukai anak.
Dorongan
dan motivasi kepada anak sangat diperlukan untuk memberikan kepercayaan dan
keyakinan kepada mereka untuk mengetahui dan memahami persoalan matematika yang
diberikan dan anak-anak akan mampu untuk mengerjakan dan sekaligus memahami
persoalan tersebut dan berusaha mencari pemecahannya sendiri
Pada
permasalahan penghitungan bisa dikatakan bahwa siswa dapat menguasainya bahkan
untuk penghitungan besar sekalipun, karena disamping mendapat pengajaran dan
didikan dari guru para orang tua murid memberikan tambahan pendidikan di luar
sekolah seperti halnya les matematika.
3. Masalah
yang Muncul
Melihat
gejala yang ada di masyarakat dan permasalahan yang ditemui di lapangan dapat
dikatakan bahwa pendidik selaku orang yang menjadi tauladan ataupun pedoman bagi
siswa yang akan memberikan semua solusi pemecahan masalah (problem solving)
baik itu dalam hal penghitungan matematika maupun pemecahan masalah yang
nantinya akan di hadapi siswa di luar lingkungan sekolah seperti lingkungan
masyarakat Cuma harapan semata. Hal yang banyak ditemui di lapangan adalah
“Siswa hanya mahir dalam hal hitungan dan tidak bisa menerapkan ilmunya pada
kehidupan sehari-hari dan hanya dipaksakan untuk mengerjakan sesuatu sesuai
dengan rumus yang mereka dapatkan”.
Jika hal
tersebut di atas terus berlangsung, maka siswa pada tahapan beberapa tahun
nanti akan menjadi lemah dalam menjalani kehidupannya sehari-hari yang terus
berhubungan dengan persoalan-persoalan kehidupan yang harus dicari pemecahannya
secara sempurna dan menuntut adanya logika dan kreativitas siswa itu sendiri.
Dan hal yang paling mengkawatirkan adalah mereka akan menjadi orang yang hanya
menjalankan apa yang ada, bukan menciptakan ataupun berinisiatif untuk
menciptakan hal-hal baru.
Prof.Dr.Maman
A Djauhari Guru Besar ITB mengemukakan: “Lemahnya pendidikan matematika di
Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu
matematika. Dampaknya siswa pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa
memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai persoalan
hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya”. Akibat
dari semua itu anak-anak atau siswa tidak mampu memberikan penjelasan atau
interpretasi terhadap soal dalam matematika. Pada hal kita tahu bahwa matematika
adalah interpretasi manusia terhadap fenomena alam. Hal ini berhubungan erat
dengan langkah-langkah yang dilakukan para guru ataupun pendidik dalam
membelajarkan matematika kepada siswa supaya menjelaskan atau melengkapi dengan
berbagai penjelasan dan latar belakang terhadap sebuah rumus yang telah
diyakini itu sebagai sebuah pengetahuan filsafat.
4. Usaha
yang Dapat Dilakukan
Untuk
membantu siswa dalam memahami dan memperkuat kemampuan berpikir secara
matematis dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat serta kehidupan
sehari-hari diantaranya mengembangkan konsep peserta didik sebagai dasar
kemampuan dalam pengembangan dan penemuan konsep-konsep lain yang lebih rumit,
menurut Linda Jensen dan Douglas E Comicshank (1996: ) mengemukakan ada empat proses
berfikir yaitu Observing and infering: memotivasi anak untuk menjelaskan objek,
baik secara lisan, secara tulisan maupun gambar, Comparing: meminta anak untuk
mencatat kemiripan dan perbedaan, Classifying: meminta anak untuk menilai suatu
objek berdasarkan satu atribut atau lebih, Sequensing: meminta anak mengurutkan
unsur-unsur dalam himpunan berdasarkan satu karakteristik atau lebih yang
diberikan.
Keahlian
anak harus dievaluasi dan diidentifikasi dengan terus memperhatikan tingkat
perkembangan kemampuan anak-anak. Gaya belajar anak juga harus diperhatikan
ketika hendak merencanakan sebuah pembelajaran.
Pada
bagian lain juga dikemukakan beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
membelajarkan matematika kepada siswa, antara lain:
Beri
inspirasi
Beberapa
anak-anak atau siswa tidak menyukai matematika karena tidak tahu intinya. Tidak
seperti membaca atau menggambar, symbol matematika dan bilangan seperti tidak
punya arti. Tunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari
atau di dunia nyata. Ceritakan penemuan-penemuan penting mulai dari piramida di
Mesir, sampai ke Mars, tidak ada yang bisa dicapai tanpa metematika, dan
matematikawan.
Beri
contoh nyata
Ajak
anak-anak atau siswa dalam matematika nyata lepas dari sekolah. Temukan sesuatu
yang menarik bagi anak dan hubungkan dengan matematika. Misalnya, jika mereka
suka basket/sepak bola, selama pertandingan, Tanya mereka berapa point tim yang
kalah harus dapatkan untuk memenangkan pertandingan. Dan berapa banyak
pertandingan yang mereka butuhkan untuk menang sampai mereka dapat point cukup
untuk memenangkan liga? Jika mereka suka membantu di rumah, ajak mereka
mengukur kayu yang harus dipotong, atau menimbang bahan untuk kue. Di took ajak
mereka menghitung total harga atau tanyakan berapa kembalian uangnya.
Tahap
demi tahap
Sukses
dalam matematika, seperti juga dalam hidup adalah membagi proyek besar dalam
proyek-proyek kecil yang lebih mudah. Tunjukkan keuntungan mengerjakan satu
soal dengan membaginya dalam tahap-tahap kecil yang membuat jauh lebih mudah.
Dorongan krativitas
Anak-anak
atau siswa mungkin merasa “stuck” da;am suatu topic karena mereka hanya melihat
dari satu sisi. Mungkin mereka butuh melihat dari sisi lain yang berbeda.
Tunjukkan keindahan sudut pandang yang berbeda. Bantu mereka melihat situasi
dari perspektif orang lain. Beri mereka kebiasaan untuk eksploring berbagai
cara untuk memcahkan masalah. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti membereskan
kamar bisa punya berbagai solusi.
Berpikir positif
Haruskah
pernyataan negative seperti, “matematika itu susah” (bahkan jika anda merasa
itu susah). Jelaskan bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerjakan
matematika dan memecahkan soal-soal matematika tidak berbeda dengan memecahkan
masalah-masalah lain . Di atas semua itu, berikan kepercayaan diri kepada anak.
Ajarkan bahwa selalu ada solusi untuk semua problem. Kita akan berlaku lebih
baik kalau kita menyukai yang kita kerjakan, dan membuat anak tertarik pada
matematika.
Memberikan asessmen, reward dan refleksi dari proses pembelajaran yang sudah
dilakukan. Peserta didik merupakan manusia biasa yang dalam tahap
perkembangannya memerlukan sebuah pengakuan diri, penguatan dan penghargaan
terhadap apa yang mereka lakukan. Dengan adanya tindakan guru yang memberikan
asessmen dan reward, maka mereka merasa senang dan berusaha untuk memperhatikan
apa yang diberikan guru kepada mereka. Dari proses tersebut mereka akan
merespon dan melakukan inisiatif untuk menciptakan pembelajan yang kreativ. Hal
ini merupakan suatu jalan mulus bagi guru untuk terus masuk kepada
materi-materi pelajaran sekalipun itu agak sukar bagi mereka untuk
mengerjakannya. Tetapi mengarahkan dan memandu dalam mengemukakan apa yang
telah mereka pelajari dari awal sampai akhir materi pelajaran lebih penting
lagi. Sehingga mereka dapat mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari hari
ini.
KEPUSTAKAAN
Cara Belajar matematika yang Efektif
Cara Belajar matematika yang Efektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar